Awal Oktober ini, adik laki-laki saya fix pindah dari apartemen di Jakarta yang sudah lama ditempati keluarga kami. Isi dari apartemen sudah kami terima di Bandung sejak minggu lalu. Niatnya sih, semua barang itu saya biarkan dulu untuk sementara, namun Bapak mendadak berkutat di lantai bawah. Katanya, semua sampah kertas harus dibuang. Gawat! Saya langsung bergegas turun, menyortir tumpukan buku dan kertas yang ada, lalu menyelamatkan harta karun saya.
Misi penyelamatan harta karun, dokpri.
Hartu karun itu adalah buku dan lembaran kertas yang berisikan tulisan tangan. Dalam foto terlihat, bukan, segepok kertas berwarna pink dari tahun 2000? Kertas itu berasal dari diari pertama saya, buku pink Minnie Mouse bergembok yang dibelikan Ibu. Buku-buku diari setelahnya sepertinya ada di suatu sudut di rumah, tapi catatan dari masa remaja tanggung-lah yang tidak pernah tertinggal tiap kali saya pindah. Isinya penuh dengan ide-ide cerita; saya tulis semuanya di buku diari, surat yang terkirim beserta balasannya, surat yang tidak pernah terkirim, buku tulis pelajaran, kertas loose leaf, bagian belakang dari dokumen yang sudah tidak terpakai... Praktisnya, sih, di semua lembaran yang bisa saya temukan.
Menarik sekali, ya, mengintip bagaimana alur berpikir, pilihan rangkaian kata, bahkan Bahasa Inggris belepotan di sana-sini yang dulu saya gunakan, haha. Semuanya ternyata tersimpan, bagai sebuah kapsul waktu. Kini saya sudah menerimanya, namun bukan hanya tulisan yang tersampaikan. Hati saya membuncah kala membuka kertas itu satu per satu, teringat akan kegembiraan saat menulis dulu. Betapa sering dan banyaknya tulisan yang muncul dari diri yang lebih muda itu.
Ah, semoga kegembiraan menulis itu bisa tumbuh lagi saat ini!
Komentar
Posting Komentar